Hai kawan! saat ini aku ada info menarik terkait dengan tempat
kelahiranku. Yap! Kalimantan. khususnya Kalteng. sudah tau bukan, Kalteng
beribukotakan Palangka Raya. Oke, aku akan mengajak kalian mengenal sedikit
lebih dalam akan beberapa hal yang akan kalian jumpai jika berkunjung ke
Kalteng. Adat istiadat di pulau kalimantan sangatlah kental, sama kentalnya
dengan adat dari pulan Jawa. semua memiliki karakteristik, ciri khas, makanan
khas dan prosesi yang berbeda-beda. untuk lebih detilnya, yuk check this out!
Sumber Foto:
Sumber Foto:
BUDAYA
KALIMANTAN TENGAH
Sumber Foto:
Kalimantan tengah sebuah propinsi yang berada di pulau kalimantan
dimana budaya dayak berada disini, sebenarnya diseluruh pulau kalimantan
terdapat suku dayak, namun yang membedakan disini adlah adat istiadat dan
tariannya Budaya dayak adalah budaya yang sanagat luhur dan eksotis mulai dari
keseharian, cara hidup dan adatistiadatnya ini bisa kita lihat dari bentuk
bangunan khas suku dayak dan pakaian adat dari suku dayak yang sangat bagus dan
eksotis, siapapun yang mengenakan pakaian adat dari suku dayak ini sunguh
kelihatan sanagat mempesona. tiada habisnya bila kita mebahas budaya yang satu
ini, budaya yang luhur dimana selalu menyatu dengan alam dan lingkunganya dan
tiada duanya saya sangat suka sekali denagn budaya dayak.
Indonesia
adalah negara yang memilki keanekaragaman suku bangsa dan bahasa. apalagi
makanan khas yang dimilki antara satu daerah lain. Karena saya asli orang Dayak
dari Kalimantan Tengah saya akan mencoba mengulas apa saja makanan-makanan khas
yang ada di Kalimantan Tengah.
1.
Juhu Singkah
Umbut
Rotan (rotan muda) adalah salah satu makanan khas yang dimiliki oleh Suku
Dayak, terutama dari Kalimantan Tengah. Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan
dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan
juhu singkah. Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh
didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu
pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam
ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan
terong asam. Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang
bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan
memiliki citarasa tersendiri
2. Kalumpe / Karuang
3. Wadi
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki sifat dan perilaku berbeda.
Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608).
Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)
Upacara tiwah (adat)
Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.
Kalumpe
/ karuang adalah sayuran yang dibuat dari daun singkong yang ditumbuk halus.
Kalumpe merupakan bahasa Dayak Maanyan dan karuang sebutan sayur ini dalam
bahasa Dayak Ngaju. Dalam pembuatannya, biasanya daun singkong ditumbuk halus
dan dicampur dengan terong kecil atau terong pipit. bumbu untuk masakan ini
adalah bawang merah, bawang putih, serai dan lengkuas yang dihaluskan. Apabila
ingin bisa ditambahkan cabe. Kalumpe terasa sangat enak apabila sedang panas.
Masakan ini biasa disajikan bersama dengan sambal terasi yang pedas dan ikan
asin.
Wadi
adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa
dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan
begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang
terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai
sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak
Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut
dengan Kenta. Pembuatannya yaitu ikan atau daging yang hendak diolah
dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam.
Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup
kering ikan atau daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian daging
disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup
rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5 hari. Untuk daging disarankan
simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan
tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak. Walau
pembuatannya terlihat mudah, tetapi apabila terjadi kesalahan sedikit saja
dalam memasukan bumbu serta perendaman maka akan membuat wadi menjadi tidak
enak bahkan tidak bisa dimakan. Oleh karena itu ada orang-orang tertentu yang
memilki keahlian untuk membuat wadi yang enak.
Suku
Dayak
ASAL MULA
Sumber Foto:
No comments:
Post a Comment